tiga-dekade-kepemimpinan-tangan-besi-ayatollah-khamenei-membentuk-wajah-iran-modern

clubpitbullsalem.com – Pada tahun 1989, setelah wafatnya Ayatollah Ruhollah Khomeini, Majelis Ahli segera menunjuk Ayatollah Ali Khamenei sebagai Pemimpin Tertinggi Iran. Sejak saat itu, ia mulai membangun jaringan kekuasaan yang kokoh di semua lini pemerintahan. Dengan memanfaatkan kedekatannya bersama ulama konservatif, Khamenei mengamankan posisinya tanpa hambatan berarti.

Sejak Awal, Khamenei Membangun Kendali Absolut

Sejak hari pertama menjabat, Khamenei tidak membiarkan kekuasaan tersebar. Ia langsung menunjuk komandan Garda Revolusi Iran, memilih kepala Mahkamah Agung, dan menetapkan arah kebijakan media. Selain itu, ia juga memimpin Dewan Keamanan Nasional dan mengatur proses seleksi kandidat pemilu melalui Dewan Wali. Akibatnya, sistem politik Iran hanya mengakomodasi kepentingan kelompok loyalis.

Setiap Protes Dihadapi dengan Tindakan Represif

Namun, kekuasaan mutlak Khamenei tidak lepas dari penolakan publik. Ketika rakyat memprotes hasil pemilu pada 2009, ia memerintahkan aparat membubarkan demonstrasi secara brutal. Kemudian, pada 2019, saat harga bahan bakar melonjak tajam, ia kembali merespons dengan kekerasan. Aparat menembak ratusan warga sipil, sementara Khamenei menyatakan bahwa protes tersebut hasil konspirasi asing.

Iran Semakin Aktif dalam Politik Regional

Tidak hanya fokus di dalam negeri, Khamenei juga memperluas pengaruh Iran ke luar negeri. Ia memerintahkan Pasukan Quds—unit elit Garda Revolusi—untuk mendukung kelompok bersenjata di berbagai negara. Misalnya, ia mengarahkan bantuan militer ke Hizbullah di Lebanon, milisi Syiah di Irak, dan Houthi di Yaman. Akibatnya, Iran semakin sering bersitegang dengan Amerika Serikat, Israel, dan Arab Saudi.

Khamenei Konsisten Menolak Reformasi

Meskipun berbagai pihak menyerukan perubahan, Khamenei menolak semua bentuk reformasi. Ia berulang kali menyingkirkan tokoh moderat yang mencoba membuka ruang demokrasi. Lebih lanjut, ia memastikan bahwa pemisahan agama dan negara tidak pernah terjadi. Dengan demikian, sistem pemerintahan Iran tetap tunduk pada otoritas ulama konservatif.

Usia Senja Khamenei Picu Spekulasi Suksesi

Kini, saat usianya melewati 85 tahun, Khamenei menghadapi berbagai tantangan serius https://terpsandrec.com/shop/. Di satu sisi, tekanan ekonomi, sanksi internasional, dan keresahan sosial terus meningkat. Di sisi lain, belum ada kejelasan soal siapa yang akan menggantikannya. Beberapa analis menyebut putranya, Mojtaba Khamenei, sebagai calon kuat. Namun demikian, banyak rakyat Iran merasa khawatir apabila kekuasaan hanya berpindah tangan di lingkaran sempit keluarga.

By admin