Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kini menghadapi tekanan internasional yang semakin kuat. Tiga negara sekutu utama Israel—Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis—secara terbuka melontarkan kritik keras terhadap kebijakan militer Israel di Gaza. Ketiganya menilai operasi militer terbaru telah menimbulkan dampak kemanusiaan yang terlalu besar dan tidak sebanding dengan tujuan strategis yang disampaikan oleh pemerintah Israel.
Presiden AS Joe Biden, yang selama ini dikenal sebagai pendukung setia Israel, menyuarakan keprihatinannya atas meningkatnya jumlah korban sipil. Dalam konferensi pers di Washington, Biden mendesak Israel untuk segera mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza dan menghindari operasi militer di area padat penduduk. Ia bahkan menyatakan, “Dukungan kami tidak bersifat tanpa syarat.”
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak turut menyuarakan sikap serupa. Ia meminta Israel agar mematuhi hukum humaniter internasional dan menegaskan bahwa penghormatan terhadap nyawa warga sipil harus menjadi prioritas. Pemerintah Inggris juga memanggil duta besar Israel untuk memberikan penjelasan atas eskalasi terbaru.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa Prancis “tidak dapat lagi membenarkan tindakan yang menyebabkan penderitaan besar terhadap rakyat sipil.” Ia mendorong penyelidikan independen atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia dalam konflik tersebut.
Ketiga negara tersebut sebelumnya dikenal sebagai sekutu dekat Israel, terutama dalam hal dukungan militer dan intelijen. Namun, gelombang protes global dan tekanan dari parlemen serta masyarakat sipil membuat para pemimpin Barat mulai mengubah pendekatan mereka.
Kritik ini menambah tekanan politik bagi Netanyahu yang juga tengah menghadapi tantangan dari dalam negeri. Demonstrasi antipemerintah terus berlangsung, dan kepercayaan medusa 88 publik terhadap kepemimpinannya terus menurun. Jika Israel tidak segera merespons tekanan internasional ini, posisinya di kancah global bisa semakin terisolasi.